Pelajar Indonesia Harus Memiliki Cognitive Immunity

Pelajar SMK Bina Prestasi

Kemajuan Teknologi dengan segala keterbukaannya membuat manusia bukan lagi mencari informasi karena informasi sudah tersedia bahkan manusia sudah tahap dibanjiri oleh informasi. Pertanyaan adalah bagaimana caranya bagi manusia yang sudah dibanjiri oleh informasi ini tidak mati tenggelam oleh informasi hoaks, provokatif dan tidak teredukasi dengan baik.

Dibutuhkan bagi semua pelajar Indonesia yang masih dalam pertumbuhan mental dan karakter perlu memiliki Cognitive Immunity yakni cerdas saat menerima informasi. Banyak problem yang diterima pelajar dalam kondisi demikian. Jika tidak dibangun dengan budaya dan pembiasaan literatur yang baik maka akan dengan mudah pelajar Indonesia tidak akan teredukasi dengan baik pada aspek mental dan pikirannya.

Tidak ada cara lain dunia pendidikan khususnya sekolah-sekolah perlu memberikan perhatian dan sekaligus membuat sistem yang terstruktur dari perencanaan dan implementasi untuk membangun mindset para pelajar agar memiliki Cognitive Immunity.

Ada beberapa cara bagi sekolah untuk mengembangkan Cognitive Immunity ini, diantaranya adalah gerakan gemar membaca dan berdiskusi serta penciptaan proses belajar yang interaktif dengan membangun mental dan pikiran mereka agar mampu berkomunikasi dengan baik sekaligus mampu mengembangkan intelektual mereka.

Dengan membangun dan seringnya para siswa berdiskusi, guru dapat menganalisa karakter siswa sekaligus membimbingnya ke hal yang lebih baik lagi. Sedangkan bagi para pelajar seiiring dengan pembinaan dan budaya yang dibangun di sekolah diharapkan dapat secara mandiri nantinya menjaga dan melindungi dirinya terhadap informasi yang didapatkan karena mereka sudah memiliki kecerdasan dalam menganalisis informasi.

Satu pemikiran pada “Pelajar Indonesia Harus Memiliki Cognitive Immunity

  1. Ya, dalam kapasitas human resources, anak-anak pendidikan vokasi memang mesti punya psychological safety. Kapasitas diri ini terbentuk melalui 4 passion, gairah menjadi pembelajar sepanjang hayat: passion for knowledge, passion for people, passion for service, dan passion for (social) business.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *